Walaupun menginap di Selcuk, Propinsi Izmir, kunjungan ke Pamukkale yang terletak di Propinsi Denizli masih dimungkinkan dengan pulang pergi dalam satu hari saja. Tiket bus pp sudah dipesan satu hari sebelumnya seharga 45 TL atau Turkish Lira.
Perjalanan dari Selcuk ke Pamukkale sejauh hampir 160 kilometer melewati beberapa kota di propinsi Izmir dan Denizli. Setelah sekitar 2 setengah jam di perjalanan akhirnya bus pun tiba di pamukkale. Dari kejauhan sudah kelihatan puncak bukit yang diselimuti oleh “travertine” yang kelihatan bagaikan salju atau kapas yang keputihan. Bus kemudian berhenti di sebuah jalan sempit yang dipenuhi penginapan dan toko cendramata. Jalan ini tidak jauh dari pintu masuk ke Pamukkale.
Bagi penumpang yang akan kembali ke Selcuk, diumumkan bahwa bus akan berangkat dari tempat yang sama pukul 16.00 sore. Jadi kami punya waktu sekitar 4 setengah jam untuk menikmati Pamukkale yang artinya adalag “Cotton Castle” atau Puri Kapas.
Berjalan perlahan menuju loket sambil mendaki gunung atau bukit Pamukkale memang memberikan aura yang sedikit mistis. Di sebelah atas, tebentang bertingkat-tingkat kolam air panas yang dikelilingi oleh pematang dengan dinding yang terbuat dari bebatuan mirip salju yang bersisir.
Benar-benar menarik hati keindahan alam yang dilimpahkan Sang Pencipta di negeri Anatolia bagian barat daya ini. Walaupun jalannya sedikit mendaki., namun karena pemandangan alam di hadapan begitu menawan, tidak terasa akhirnya saya pun sampai di depan loket.
Mandi dan Berenang, sambil Mendaki Teras “Puri Kapas”:
Dengan membeli tiket seharga 20 Lira maka wisata alam yang menakjubkan di lembah sungai Menderez , di Propinsi Denizli ini dapat dinikmati sepuas hati.
Setelah berjalan kira-kira 50 meter, ada sebuah pos dimana semua sepatu, sandal maupun alas kaki harus dilepas, karena dikhawatirkan bisa merusak “salju” yang akan dilewati. Pemandangan dihadapan mirip dengan pegunungan dengan teras bertingkat berisi air hangat beranekawarna dengan dinding bebatuan bagaikan kapas putih.
Tidak puas-puas mata memandang ke sekeliling sambil memuji kebesaran Nya. Sambil meniti pematang, saya terus mendaki ke puncak. Hujan rintik-rintik mulai turun, namun tidak memudarkan semangat untuk terus mendaki. Untungnya sebuah payung lipat yang sudah disiapkan dari Selcuk juga ikut menemani perjalanan kali ini. Tinggal buka ransel dan payung pun siap melindungi dari air hujan yang menambah sejuk suasana di siang itu.
Sementar di kolam-kolam yang berisi air hangat berwana biru, biru muda, hijau atau pun biru kehijauan, kita dapat bebas berendam, mandi ataupun hanya bermain air. Makin mendaki temperatur air kian terasa hangat. Kebetulan, airnya tidak terlalu dalam. Sementara di dinding kolam yang bagaikan kapas puti itu, banyak wistawan yang “mejeng: sampail berakting menjadi model dadakan. Kandungan mineral air hangat yang temperaturnya berkisar antara 35 derajat hingga 70 derajat Celsius ini dipercaya memliki khasiat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit termasuk penyakit kulit dan juga rematik.
Mendaki Teras lebih Puluhan Tingkat.
Perjalanan mendaki menyusuri pematang, dengan sekali-kali ikut berendam atau bermain di airnya yang hangat, membuat pendakian ke puncak yang mungkin lebih dari puluhan tingkat itu menjadi tidak terasa. Sesampainya di puncak, maka pemandangan lain menanti kita. Hamparan “travertine” atau deposit bebatuan yang bagaikan kapas sudah berakhir. Sepatu atau alas kaki pun dapat digunakan kembali.
Pada saat berjalan tadi, sebenarnya ada dua macam pijakan yang dapat dilalui. Pijakan pertama berupa kapas yang sudah mengeras bagaikan batu berwana putih ke coklatan yang kalau dipandang dari jauh mirip salju atau kapas. Pemandangan inilah yang menyebabkan tempat ini disebut Pamukkale atau “Cotton Castle”.
Sementara itu, kalau kita berjalan di antara air panas yang mengalir atau di pematang di antara kolam yang bertingkat-tingkat atau kalau kita masuk ke kolam dan menginjak dasarnya . Yang dipijak adalah semacam tanah kental atau lumpur sedikit hangat berwarna coklat muda keputihan. Ini adalah endapan batuan sedimen yang belum mengeras, Pada saat mengeras sedimen ini akan berbentuk kapas salju tadi.
Hireapolis, Kota romawi kuno di Puncak Bukit
Di puncak bukit terdapat reruntuhan kota tua jaman Romawi yang disebut “Hierapolis”. Reruntuhan kota ini ternyata cukup luas. Lebih dari 2.5 km panjangnya dengan lebar sekitar 600 meter. Di antara reruntuhannya terdapat sebuah museum.
Hierapolis sendiri dalam bahasa Yunani berarti “Kota Suci”. Kota ini menurut legenda didirikan oleh Dewa Apollo sedangkan sumber air panas di Pamukkale di bawahnya memlilih uap yang diasosiasikan dengan Pluto atau dewa “Bawah Tanah”.
Selain museum, maka hanya reruntuhan kota dari jaman Yunani dan jugaR omawi yang dapat kita saksikan di kota tua ini. Sisa -sisa tembok kota yang mengelilingi Hierapolis juga masih sebagian tampak utuh . Khabarnya kota ini memang runtuh akibat gempa besar yang melanda pada tahun 17 dan 60 AD. Sebuah kompleks makam tua atau necropolis juga ada diluar tembok kota. Selebihnya adalah taman-taman yang dibuat kemudian untuk dapat menyaksikan keindahan hamparan puri kapas di bawah kita.
Berenang di Kolam Suci dan Melihat PintuGerbang dunia Bawah Tanah
Tidak jauh dari museum , ada sebuah kompleks pemandian dimana dengan tiket 25 lira kita dapat mandi , berendam atau berenang di kolam suci berisi air panas dan dengan dekor yang indah bagaikan berenang di jaman Romawi dulu.
Tidak jauh dari kolam renang suci, terdapat reruntuhan Kuil Apollo yang dipercaya sebagai dewa pelindung kota ini. Hanya tersisa fondasi dan beberapa anak tangga kuil yang dibangun dengan model Yunani. Di sebelah selatan kuil Apollo, terdapat sebuah gua suci yang pintunya tertutup. Gua ini disebut “Plutonium” dan dipercaya sebagai pintu masuk menuju dunia bawah tanah. Dari mulut gua ini kadang-kadang masih dapat dicium aroma gas yang mungkin beracun. Oleh sebab itu pintu gua ini selalu tertutup.
Tidak terasa waktu pun sudah hampir menunjukan pukul 15.30. Akhirnya dengan beralan santai, saya kembali membuka sepatu dan menyusuri pematang kapas menuju bus yang sudah menunggu untuk kembali ke Selcuk. Sebuah perjalanan yang mempesona dan tidak terlupakan di Anatolia.
No comments:
Post a Comment